Minggu, 07 April 2013

endodonti implan



IMPLAN ENDODONTIK
A.      IMPLAN GIGI
Implan gigi merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang hilang sehingga diperoleh fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang ideal. Implan gigi adalah suatu alat yang ditanam secara bedah ke dalam jaringan lunak atau tulang rahang sehingga dapat berfungsi sebagai akar pengganti untuk menahan gigi tiruan maupun jembatan. Pada prinsipnya implan gigi memerlukan bahan yang dapat diterima jaringan tubuh, cukup kuat dan dapat berfungsi bersama-sama dengan restorasi protesa di atasnya. Menurut Boskar (1986) dan Reuther (1993), syarat implan gigi adalah sebagai berikut :
1. Biokompatibel yang dimaksud dengan biokompatibel adalah non toksik, non alergik  non      karsinogenik, tidak merusak dan mengganggu penyembuhan jaringan sekitar serta tidak korosif.
2. Cukup kuat untuk menahan beban pengunyahan
3. Resistensi tinggi terhadap termal dan korosi
4. Elastisitasnya sama atau hampir sama dengan jaringan sekitar
5. Dapat dibuat dalam berbagai bentuk

Indikasi pemasangan implan gigi adalah :
1. Pada pasien dengan ketebalan tulang rahang yang cukup.
2. Pasien dengan kebersihan rongga mulut yang baik.
3. Pasien yang kehilangan semua atau sebagian gigi geliginya, akan tetapi
sulit memakai gigi tiruan konvensional akibat adanya koordinasi otot
mulut yang kurang sehingga stabilitas gigi tiruan sulit tercapai atau
adanya refleks muntah sehingga sulit memakai gigi tiruan.
4. Pasien yang menolak gigi aslinya diasah untuk pembuatan gigi tiruan.

Kontra indikasi pemasangan implan gigi :
1. Pada pasien dengan keadaan patologi pada jaringan lunak dan keras.
2. Luka ekstraksi yang baru.
3. Pasien dengan penyakit sistemik.
4. Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen implan.
5. Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruksism, merokok dan alkohol.
6. Pasien dengan kebersihan mulut yang jelek.

Klasifikasi implan gigi
 Berdasarkan bahan yang digunakan :
1. Logam
Terdiri dari Stainless Steel, Vitallium, Titanium dan logam. Pemakaian Stainless Steel merupakan kontra indikasi bagi pasien yang alergi terhadap nikel, pemakaiannya juga dapat menyebabkan arus listrik galvanik jika berkontak dengan logam campuran atau logam murni. Vitallium paling sering digunakan untukkerangka implan subperiosteal. Titanium terdiri dari titanium murni dan logam campuran titanium yang tahan terhadap korosi. Implan yang dibuat dari logam dengan lapisan pada permukaan adalah implan yang menggunakan titanium yang
telah diselubungi dengan lapisan tipis keramik kalsium fosfat pada bagian strukturnya.


2. Keramik
Keramik terdiri keramik bioaktif dan bio-inert. Bioaktif berarti bahan yang memiliki kemampuan untuk merangsang pertumbuhan tulang baru disekitar implan, contoh dari bahan ini adalah hidroksiapatit dan bioglass. Bio-inert adalah bahan yang bertolenrasi baik dengan tulang tetapi tidak terjadi formasi tulang.
3. Polimer dan komposit
Polimer dibuat dalam bentuk porus dan padat, digunakan untuk peninggian dan penggantian tulang. Ia merupakan suatu bahan yang sukar dibersihkan pada bagian yang terkontaminasi dan pada partikel porusnya karena sifatnya yang sensitif terhadap formasi sterilisasi.

Berdasarkan penempatannya dalam jaringan maka implan gigi terdiri dari :
1) Implan subperiosteal
Implan ini lebih lama dibanding jenis implan yang lain dan pertama sekali diperkenalkan oleh Muller dan Dahl pada tahun 1948. Implan ini tidak ditanam ke dalam tulang, melainkan diletakkan diatas tulang alveolar dan dibawah periosteum. Terutama digunakan pada kondisi rahang yang mengalami atrofi yang hebat, apabila pasien telah mengalami kegagalan berkali-kali dalam pemakaian protesa atau pada kasus dimana proses atrofi menimbulkan rasa sakit pada daerah mentalis.Implan ini memerlukan teknik insersi dua tahap.Penggunaan implan subperiosteal pada rahang atas telah dibatasi karena dilaporkan bahwa keberhasilannya dalam lima tahun tidak mencapai 75%. Implan ini juga tidak dianjurkan untuk ditempatkan pada tempat yang antagonisnya merupakan gigi asli.
  
2) Implan endosteal
Implan endosteal ditanam ke dalam tulang rahang melalui gusi dan periosteum, sebagian tertanam dan terkait dalam tulang. Implan ini mempunyai tiga desain dasar yaitu blade, cylinder dan screw. Dalam implan endosteal diharapkan terjadi osseointegrasi yaitu penyatuan tulang dengan implan tanpa diperantarai jaringan lunak. Popularitas implan endosteal semakin meningkat, terlihat dari banyaknya pilihan desain yang dapat digunakan. Laporan-laporan menyebutkan bahwa tingkat keberhasilannya dapat melebihi 15 tahun apabila teknik bedah dan perawatan pasca bedah dilakukan dengan baik. Ditinjau dari teknik bedahnya, implan endosteal terdiri dari teknik insersi satu tahap dan insersi dua tahap. Pada
teknik satu tahap, pembedahan hanya dilakukan sekali sehingga tonggak abutment menonjol keluar mukosa setelah operasi selesai. Sedangkan pada teknik dua tahap, operasi dilakukan dua kali yaitu operasi pertama untuk meletakkan implan pada tulang rahang. Setelah masa penyembuhan, dilakukan operasi kedua untuk pemasangan abutment.

3) Implan transosteal atau transosseous
Merupakan implan gigi yang menembus tulang rahang dan hanya
digunakan pada rahang bawah. Implan jenis ini jarang dipakai dan dilaporkan
memiliki tingkat keberhasilan yang rendah

B.     IMPLAN ENDODONTIK.

 Definisi dari endodontik implan suatu implan dari bahan metal yang diinsersikan kedalam tulang periapikal melalui saluran akar gigi (Jablonski, 1982). Fungsi implan endodonti seperti pasak/post tetapi menembus tulang alveolus untuk menambah perbandingan akar mahkota sehingga gigi menjadi lebih stabil ( Wallace, 1998, Riyadarshini & Narayanan, 2000)

Indikasi implan endodontik :
1.      Gigi abutment dengan akar terlalu pendek.
2.      Fraktur akar horisontal, apabila pengambilan segmen apikal diperlukan akan tetapi mengurangi perbandingan mahkota-akar.
3.      Apeks akar belum menutup sempurna.
4.      Rasio akar dan mahkota yang tidak memadai
5.      Resorpsi internal yang parah dengan perforasi eksternal dan membutuhkan pengambilan akar yang teresorbsi.
6.      Apikoektomi dengan hilangnya bagian akar banyak.
7.      Gigi insisivus dengan keterlibatan periodontal dan gigi-gigi sebelahnya tidak dapat di gunakan sebagai abutment yang baik.
8.      Gigi permanent dicidui yang gigi permanennya tidak ada.
9.      Gigi yang avulsi dan sudah di reimplantasi, tetapi tetap goyah.
10.  Gigi yang telah di hemiseksi dengan kegoyahan yang parah.

Kontra indikasi impaln endodonti :
1.      Kondisi sistemik yang parah seperti DM.
2.      Pasca radiasi atau infeksi pada regio yang akan dipasang implan.
3.      Poket periodontal yang menyebabkan adanya hubungan langsung dengan apeks gigi.
4.      Tulang vertikal di bawah apeks gigi kurang dari 7 mm.
5.      Inklinasi gigi yang menghambat pemasangan implan.
6.      Adanya struktur anatomis seperti sinus maksilaris, vestibulum nasal, kanal alveoler inferior, foramen mentalis.
7.      Akar yang sangat bengkok.
(Curcio, 1984)

Keunggulan implan endodontik dibanding implan prosthetik :
1.      Berada dalam saluran akar gigi sehingga meniadakan hubungan langsung antara implan dengan jaringan di dalam rongga mulut.
2.      Jaringan ikat (ligamentum periodontal) tetap melekat pada permukaan gigi.
3.      Menghindari pencabutan gigi.
4.      Menstabilkan gigi karena dapat mengembalikan perbandingan akar dan mahkota sehingga gigi masih dapat dipertahankan di dalam rongga mulut dan dapat berfungsi kembali.
5.      Menghindari penggunaan implan prostetik yang sangat membutuhkan adaptasi dengan gingiva.
6.      Perawatan memerlukan waktu yang singkat dan mengurangi waktu kunjungan.
(Parriera,dkk 1996)
      Kerugiaan penggunaan implan endodontik adalah sukar dicapainya adaptasi anatomis dan kerapatan didaerah apeks ( Wallace, 1998).  

Endodonti implan termasuk kedalam endosteal implan karena implan tertanam ke dalam tulang melalui saluran akar gigi yang telah di preparasi dengan bahan paduan antara titanium dan logam lain. Endodonti implan jarang untuk dilakukan karena keterbatasan kasus yang bisa dilakukan tindakan ini. Tetapi akhir-akhir ini sudah mulai dikembangkan bahan implan yang lebih biokompatibel seperti misalnya mini dental implan(MDI). Dengan endodonti implan osseointegrasi bahan implan dan jaringan tulang terbantu dengan adanya akar gigi yang berfungsi sebagai perekat antara keduanya dimana sisa akar gigi akan lebih mudah untuk mengalami osseointegrasi. Seperti terlihat pada gambar berikut ini.



C.      OSSEOINTEGRASI IMPLAN GIGI.

Berbagai hasil penelitian dan pengalaman klinis menyatakan bahwa kesuksesan aplikasi piranti implan tergantung pada osseointegrasi dengan pertimbangan utama kecocokan anatomi dan sifat mekanismenya. Sementara itu proses osseointegrasi di pengaruhi banyak faktor diantaranya lokasi anatomi, ukuran implan dan desain, prosedur pembedahan, efek beban, lingkungan biologis, umur dan jenis kelamin dan secara khusus karakteristik permukaan implan diantaranya komposisi kimia, wettabelity(pembasahan), adanya fasa kristalin dan amorfus, kekasaran dan porositas. Interaksi awal antara bahan implan dan lingkungan biologis dipengaruhi oleh sifat-sifat permukaan yang mengatur jumlah dan kemampuan adhesi sel-sel pada permukaan implan sehingga sel atau jaringan dapat berkembang.
            Persyaratan yang harus dimiliki bahan implan diantaranya adalah bersifat biokompatibilitas, bioaktif dengan jaringan sekitarnya di dalam tubuh sehingga dapat terjadi osseointegrasi, dapat memberi perfoma yang baik saat bahan implan diimplantasi, memberi sifat mekanis yang baik yaitu kompatibel dengan bagian yang digantikannya di dalam tubuh, ketahanan terhadap korosi dalam cairan-cairan yang terdapat didalam tubuh. Berdasarkan persyaratan tersebut perkembangan yang begitu pesat telah banyak dilakukan baik pada material titanium murni maupun paduannya sebagai bahan implan. Hal ini disebabkan Titanium murni maupun paduan Titanium memiliki sifat yang lebih banyak  memenuhi persyaratan sebagai bahan implan dibandingkan logam-logam lain. Titanium murni maupun paduannya memiliki sifat biokompatibilitas dan biomekanis yang lebih baik dari logam lain serta secara biologi bersifat inert, dan memiliki ketahanan korosi yang sangat tinggi yaitu dengan spontan dapat membentuklapisan titanium oksida(TiO₂) di permukaannya. Lapisan ini bersifat biokompatibilitas yang baik didalam tubuh manusia dan mencegah lepasnya material dibawahnya ke dalam tubuh. Apabila lapisan TiO₂ terlepas maka segera dibentuk lapisan TiO₂ baru oleh material Titanium ini sehingga dapat menghambat korosi.
            Performa implan ditunjukkan oleh interaksi antara bahan implan dengan jaringan disekitarnya. Mekanisme interaksi ini terjadi di interface implan dengan jaringan hidup didalam tubuh. Beberapa hasil penelitian yang meneliti interaksi interface antara implan dengan jaringan hidup disekitarnya menginformasikan bahwa komposisi, energi permukaan, dan kekasaran permukaan bahan implan sangat menentukan performa implan di dalam jaringan tubuh agar terjadi oseointegrasi, atau dengan kata lain permukaan bahan implan harus bersifat bioaktif. Bahan yang bersifat Biokompatibilitas belum tentu bersifat bioaktif untuk memberikan kemampuan jaringan hidup beregenerasi disekitar permukaan implan. Suatu bahan dikatakan bersifat bioaktif tidak hanya memberikan osteoconductive tetapi juga mampu memberikan osteoinductive. Meskipun Titanium bersifat biokompatibilitas sehingga memenuhi syarat untuk bahan implan akan tetapi bahan ini terbukti kurang bersifat bioaktif untuk menginduksi pengendapan CaP(Calcium Phosphat) pada saat implantasi di dalam tubuh, sehingga dapat mengurangi oseointegrasi tulang dengan bahan implan. Untuk mengatasi persoalan tersebut, berbagai modifikasi permukaan implan titanium dan paduan implan titanium telah dilakukan agar bersifat osteoconductive dan osteoinductive sehingga terjadi osteointegrasi.

D.     REAKSI IMUNOLOGI IMPLAN GIGI.

               Biokompatibilitas imunologi dari bahan implan tergantung pada bahan implantasi, efek inflamasi komponen implan dan reaksi individu.  Sitotoksik, genotoksik dan efek alergi dari ion logam banyak diteliti.  Namun belum jelas sejauh mana mekanisme alergi (hyperergic)  menyebabkan reaksi intoleransi implan. Pada beberapa pasien, eksim lokal atau umum, Pembengkakan lokal , atau bahkan longgarnya implan telah digambarkan sebagai akibat dari hipersensitif terhadap komponen implan. Efek ini agak jarang terjadi  pada bahan implan nikel, kobalt atau kromium, sensitisasi angka dalam populasi umum berkisar antara 2 - 10% . T-limfosit diaktifkan oleh interaksi reseptor sel T dengan antigen, misalnya peptideassociated ion logam menyebabkan reaksi hipersensitiv tipe lambat . Jadi, faktor yang mempengaruhi sel-sel antigen adalah sel-sel seperti makrofag atau sel dendritik yang langsung berfungsi sebagai limfosit.
 Mekanisme reaksi hipersensitif  tipe lambat merupakan hasil Interaksi dari limfosit T primer yang spesifik dengan antigen. Belum diketahui bagaimana sel T primer meninggalkan sirkulasi untuk mencapai tempat akumulasi antigen dalam jaringan. Mungkin hanya sejumlah kecil sel-T primer saja yang diperlukan untuk mencapai antigen, mungkin melalui sirkulasi secara acak, untuk memicu terjadinya respon. Secara umum, limfosit-T helper tidak bereaksi dengan antigen bebas. Limfosit T helper dapat mengenali antigen ketika antigen tersajikan dalam ikatan dengan molekul HLA kelas II. Molekul HLA kelas II ini terletak pada permukaan sel pembawa antigen (antigen presenting Cell) yang termasuk didalamnya makrofag dan sel khusus dengan tonjolan dendritik dalam epidermis, disebut sel Langerhans. Reaksi ini menstimulasi sel T helper untuk mensekresi sejumlah senyawa yang secara kolektif disebut sitokin, yang mengaktifkan sitotoksik dan sel T supresor dan membawa makrofag ke daerah tersebut. Ditemukan pula mediator kimia yang penting dari respon hipersensitif  tipe lambat disamping sitokin, termasuk didalamnya banyak faktor yang disekresi oleh makrofag. Salah satu yang penting dari sitokin ialah interleukin-1, yang menyokong pelepasan reaktan fase akut oleh hati, meningkatkan proliferasi sel T dan bekerja pada pusat termolegulator hipotalamus untuk merangsang demam. Karena itu, inetrleukin-1 bertanggung jawab atas terjadinya beberapa gejalanya DTH yang sistemik. Pelepasan alergen potensial seperti nikel, krom atau kobalt tergantung pada komposisi, modifikasi permukaan dan kimia atau faktor korosi fisik. Rendahnya  pH dan oksigenasi jaringan yang berdekatan dapat mempengaruhi permukaan logam  bahkan mengarah ke rilis titanium dalam jaringan sekitarnya sehingga menimbulkan reaksi hipersensitif. Jumlah, komposisi dan ukuran partikel yang berbeda akan menyebabkanperbedaan respon dari makrofag , fibroblast dan osteoblast.

E.      RINGKASAN

Dalam beberapa kondisi, respon imun spesifik mungkin timbul terhadap komponen implan  dan menyebabkan reaksi intoleransi klinis. Partikel implan mempunyai peran sebagai stimulus proses inflamasi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh komponen implan secara sistemik. Pendekatan interdisipliner, termasuk seluler dan molekuler akan membantu untuk mengoptimalkan bahan implan dan untuk mengidentifikasi faktor predisposisi pada pasien dengan kondisi alergi terhadap komponen implan.




REFERENSI
1.      Text Book of Oral and Maxillofacial Surgery by Balaji
2.      Massaro C, Rotolo P, Ricardis RD, Milelle E, Comperative investigation of The Surface Properties of  commercial titanium dental implants, Part I : Chemical Composition J Material In Med 2002 ; 13: 535-48.
3.      Bagno A,  Belo CD, Surface Treatment and Roughness Properteis of Ti Based Biomaterial. J material in 2004; 15: 935-49.
4.      Lin CM, Yen SK, Characterization and Bone Strength of Electrolytic HA/TiO2 double layer for orthopedic Application J.Material in Med 2004;15:1237-46.
5.      Valereto ICL , Wolynec S. Electrochemical Impedance Spectroscopy Caracterization of passive film formed on Implant Ti-6Al-7Nb Alloy in Hanks Solution J.Material in Med 2004; 15:55-9. 
6.      Diniz MG, Soarez GA, Coelho MJ, Fernandez MH. Surface Topografi Modulates The Osteogenesis in Human bone Marrow Cell Culture Grown in Titanium Sample
7.      Prepared By a Combination of Mechanical and Acid Treatment J. Material in Med 2002; 13:421-32.
8.      Andreas E.dkk : Pemasangan Implan Endodontik Sebagai Stabilisator Majalah kedokteran gigi juni 2010; 17(1) : 23-28
9.      P. Thomas and B. Summer Allergic reactions to metal implants: Influence of wear debris New Developments in the Basic Science of Ceramics and Other Alternative Bearings 25-29